KRITIK SENI RUPA HOLISTIK
Kritik secara umum adalah penilaian baik atau buruknya suatu
benda, barang, atau sifat. Sedangkan kritik seni rupa merupakan pengamatan
karya seni demi mendapatkan baik/buruknya suatui karya tersebut. Kritik dilakukan
untuk memberikan evaluasi seniman atau kritik juga merupakan bahan evaluasi
seniman untuk mendapatkan bahan evaluasi demi mendapatkan atau menghasilkan
karya seni yang lebih baik nantinya.
Kritik seni holistik berarti melakukan kritik terhadap karya
seni rupa secara menyeluruh (holistik) , yakni mengkaji dan menentukan nilai
suatu karya seni dari berbagai segi
(karya, seniman, dan masyarakat).
Kritik seni holistik memiliki sifat yang menyeluruh,
kompleks, mengakomodasi dari berbagai sumber, multi-method, multi –data, dan
multi-sumber. Sedangkan tujuan dari kritik seni holistik adalah mengungkap
nilai secara utuh.
Pengertian kritik seni holistik
1. seniman sebagai sumber informasi genetik, yaitu meliputi
kondisi seniman dengan pengalaman khususnya, lingkungan fisik seniman dengan
konteks budayany, proses dan teknik penciptaan, dan lain-lain yang semuanya
berkaitan dengan yang ada sebelum karya seni diciptakan.
2. karya seni sebagai sumber informasi objektif, yaitu
sumber informasi objektif diperoleh melalui pengamatan terhadap karya seni yang
telah di selesai diciptakan
3. publik sebgai informasi afektif, informasi afektif
meliputi segala tanggapan yang dirasa
dan timbul dalam diri penghayat yang
menghadapi karya seni.
Contoh Kritik Seni Holistik
Lukisan diatas merupakan karya Made Prajna Dewantara yang
berjudul “Dayak Woman” dengan teknik oil
on canvas yang dibuat pada tahun 2014. Made Prajna Dewantara lahir di
Jakarta, 14 Agustus 1992. Pada tahun 2013 Made Prajna Dewantara mulai menjalani
studinya di Institut Teknologi Bandung , mengambil jurusan Seni Rupa Murni. Pameran yang pernah Made Prajna ikuti
diantaranya adalah, pada tahun 2011 “Art Fair” di Taman Bhagawan, Nusa Dua,
Bali, kemudian pada tahun 2012 “sense of art exhibition”, pacific place,
Jakarta, dan pada tahun 2014 “koma tiga titik”, di Aula Timur ITB. Made Prajna Dewantara banyak mendapat
pengharagaan, diantaranya pada tahun 2013 Made Prajna Dewantara menerima Beasiswa di Institut Teknologi Bandung,
kemudian pada tahun 2007 ia menjadi
siswa terbaik di Taman Rama School, Bali. Selain itu, Ia juga pernah
menjadi Talent di Majalah Gadis pada
tahun 2008-2009. Dalam melukis Made Prajna ingin menggambarkan kepada penikmat
ataupun apresiator dalam lukisannya bahwa “Begitu banyak strata kehidupan di
sekeliling kita baik strata ekonomi maupuan strata nilai kehidupannya” dan Made
Prajna menampilkan karya-karyanya untuk mengaja kita untuk melihat gestur-gestur
kehiudupan yang Made Prajna rekam dan dituangkan dalam lukisannya. Dalam
karyanya tersebut begitu banyak kisah kehidupan, baik itu kesederhanaan, pengaharapan,
bakti, perenungan,, yang Made Prajna ajak untuk melihat perjalanan batin bahkan
nilai-nilai spiritual dimana Made Prajna menyatakan respek terhadap apa yang
telah Ia lukis dalam kehidupan yang sebenarnya. Dalam Lukisan Diatas, Prajna melukiskan
seorang wanita Dayak tua berambut putih yang sedang duduk dengan merajut benang. Dalam
lukisan diatas, wanita tersebut memiliki
telinga yang panjang karena anting yang mereka kenakan. Warna kulit wanita
tersebut adalah cokelat dan penuh dengan keriput. Dalam lukisan diatas, wanita tersebut memakai
baju berwarna abu-abu tanpa lengan, rok hitam yang kira-kira panjangnya selutut dan wanita tersbut telihat mengenakan cat
cokelat tua pada kuku kakinya. Pada
lukisan diatas seorang wanita dayak tersebut juga mengenakan penutup kepala
yang disebut Ta’a.
Pada lukisan ini jika dilihat cenderung menggunakan warna
cokelat untuk kulit wanita dan campuran warna cokelat dan anu-abu untuk
background. Lukisan tersebut dibuat dengan detail dan sangat realistis.
Lukisan ini menampilkan seorang wanita dayak tua yang sedang
duduk dan merajut benang, walaupun wanita dayak yang dilukisakan itu terlihat
santai,dengan tatapan mata yang kurang fokus a namun dalam lukisan tersebut
mempunyai makna tentang kebudayaan yang sangat unik yang hanya ada di
Indonesia.
Lukisan ini dibuat dengan detail dan realistis, dengan melukisakan kulit seorang
wanita tua dengan sangat detail, kemudian mata
yang dibuat seolah-olah hidup, kemudian rambut yang sudah memutih dibuat
juga dengan sangat detail, dan draperi baju juga dibuatnya dengan sangat
detail. Lukisan yang berjudul Dayak Woman yang dibuat oleh Made Prajna ini
memiliki makna tentang kesederhanaan dalam kebudayaan yang ada di Indonesia, tepatnya
suku dayak yang ada dikalimantan.
Tujuan dibuatnya
lukisan ini menurut saya adalah adalah agar setiap orang atau apresiator
yang melihat karya tersebut tahu bahwa begitu banyak nilai kehidupan yang harus
kita hargai dan agar apresiator juga tidak lupa, bahwa kita hidup di Indonesia yang
sangat banyak memiliki kebudayaan yang berbeda-beda dan harus kita hargai.
Pada lukisan “Dayak Woman” yang dibuat oleh Made Prajna
Dewantara baik, karena Made Prajna berusaha
ingin menampilkan gestur-gestur kehidupan , baik itu kesederhanaan, pengaharapan,
bakti, perenungan, kemudian selain itu, Made Prajna dalam membuat lukisannya
juga dibuat dengan detail dan realistis, yang tentunya indah bila dilihat,
karena biasanya lukisan yang realistik
orang awam juga menyukainya. Namun mungkin bagi orang yang kurang
menyukai lukisan yang realistik mungkin kurang menarik baginya, karena lukisan
ralisme dibuat monoton, atau sesuai/ sama persis dengan foto, jadi tidak ada
kesan goresan-goresan yang kuat atau ekpresi seorang senimannya tersebut tidak
terlalu ditampilkan dalam lukisan seorang realis.