Senin, 28 Desember 2015

KRITIK SENI RUPA HOLISTIK

KRITIK SENI RUPA  HOLISTIK

Kritik secara umum adalah penilaian baik atau buruknya suatu benda, barang, atau sifat. Sedangkan kritik seni rupa merupakan pengamatan karya seni demi mendapatkan baik/buruknya suatui karya tersebut. Kritik dilakukan untuk memberikan evaluasi seniman atau kritik juga merupakan bahan evaluasi seniman untuk mendapatkan bahan evaluasi demi mendapatkan atau menghasilkan karya seni yang lebih baik nantinya.
Kritik seni holistik berarti melakukan kritik terhadap karya seni rupa secara menyeluruh (holistik) , yakni mengkaji dan menentukan nilai suatu karya seni dari berbagai segi 
(karya, seniman, dan masyarakat).

Kritik seni holistik memiliki sifat yang menyeluruh, kompleks, mengakomodasi dari berbagai sumber, multi-method, multi –data, dan multi-sumber. Sedangkan tujuan dari kritik seni holistik adalah mengungkap nilai secara utuh.
Pengertian kritik seni holistik
1. seniman sebagai sumber informasi genetik, yaitu meliputi kondisi seniman dengan pengalaman khususnya, lingkungan fisik seniman dengan konteks budayany, proses dan teknik penciptaan, dan lain-lain yang semuanya berkaitan dengan yang ada sebelum karya seni diciptakan.
2. karya seni sebagai sumber informasi objektif, yaitu sumber informasi objektif diperoleh melalui pengamatan terhadap karya seni yang telah di selesai diciptakan
3. publik sebgai informasi afektif, informasi afektif meliputi segala tanggapan yang dirasa 
dan timbul dalam diri penghayat yang menghadapi karya seni.


Contoh Kritik Seni Holistik 


Lukisan diatas merupakan karya Made Prajna Dewantara yang berjudul “Dayak Woman” dengan teknik oil on canvas yang dibuat pada tahun 2014. Made Prajna Dewantara lahir di Jakarta, 14 Agustus 1992. Pada tahun 2013 Made Prajna Dewantara mulai menjalani studinya di Institut Teknologi Bandung , mengambil jurusan Seni Rupa Murni.  Pameran yang pernah Made Prajna ikuti diantaranya adalah, pada tahun 2011 “Art Fair” di Taman Bhagawan, Nusa Dua, Bali, kemudian pada tahun 2012 “sense of art exhibition”, pacific place, Jakarta, dan pada tahun 2014 “koma tiga titik”, di Aula Timur ITB.  Made Prajna Dewantara banyak mendapat pengharagaan, diantaranya pada tahun 2013 Made Prajna Dewantara menerima  Beasiswa di Institut Teknologi Bandung, kemudian  pada tahun 2007 ia menjadi siswa terbaik di Taman Rama School, Bali. Selain itu, Ia juga pernah menjadi  Talent di Majalah Gadis pada tahun 2008-2009. Dalam melukis Made Prajna ingin menggambarkan kepada penikmat ataupun apresiator dalam lukisannya bahwa “Begitu banyak strata kehidupan di sekeliling kita baik strata ekonomi maupuan strata nilai kehidupannya” dan Made Prajna menampilkan karya-karyanya untuk mengaja kita untuk melihat gestur-gestur kehiudupan yang Made Prajna rekam dan dituangkan dalam lukisannya. Dalam karyanya tersebut begitu banyak kisah kehidupan, baik itu kesederhanaan, pengaharapan, bakti, perenungan,, yang Made Prajna ajak untuk melihat perjalanan batin bahkan nilai-nilai spiritual dimana Made Prajna menyatakan respek terhadap apa yang telah Ia lukis dalam kehidupan yang sebenarnya.  Dalam Lukisan Diatas, Prajna melukiskan seorang wanita Dayak tua berambut putih yang  sedang duduk dengan merajut benang. Dalam lukisan diatas, wanita tersebut  memiliki telinga yang panjang karena anting yang mereka kenakan. Warna kulit wanita tersebut adalah cokelat dan penuh dengan keriput.  Dalam lukisan diatas, wanita tersebut memakai baju berwarna abu-abu tanpa lengan, rok hitam yang kira-kira panjangnya selutut  dan wanita tersbut telihat mengenakan cat cokelat tua  pada kuku kakinya. Pada lukisan diatas seorang wanita dayak tersebut juga mengenakan penutup kepala yang disebut Ta’a.
Pada lukisan ini jika dilihat cenderung menggunakan warna cokelat untuk kulit wanita dan campuran warna cokelat dan anu-abu untuk background. Lukisan tersebut dibuat dengan detail dan sangat realistis.
Lukisan ini menampilkan seorang wanita dayak tua yang sedang duduk dan merajut benang, walaupun wanita dayak yang dilukisakan itu terlihat santai,dengan tatapan mata yang kurang fokus a namun dalam lukisan tersebut mempunyai makna tentang kebudayaan yang sangat unik yang hanya ada di Indonesia.
Lukisan ini dibuat dengan detail dan  realistis, dengan melukisakan kulit seorang wanita tua dengan sangat detail, kemudian mata  yang dibuat seolah-olah hidup, kemudian rambut yang sudah memutih dibuat juga dengan sangat detail, dan draperi baju juga dibuatnya dengan sangat detail. Lukisan yang berjudul Dayak Woman yang dibuat oleh Made Prajna ini memiliki makna tentang kesederhanaan dalam kebudayaan yang ada di Indonesia, tepatnya suku dayak yang ada dikalimantan.
Tujuan dibuatnya  lukisan ini menurut saya adalah adalah agar setiap orang atau apresiator yang melihat karya tersebut tahu bahwa begitu banyak nilai kehidupan yang harus kita hargai dan agar apresiator juga tidak lupa, bahwa kita hidup di Indonesia yang sangat banyak memiliki kebudayaan yang berbeda-beda dan harus kita hargai.
Pada lukisan “Dayak Woman” yang dibuat oleh Made Prajna Dewantara baik, karena Made Prajna berusaha  ingin menampilkan gestur-gestur kehidupan , baik itu kesederhanaan, pengaharapan, bakti, perenungan, kemudian selain itu, Made Prajna dalam membuat lukisannya juga dibuat dengan detail dan realistis, yang tentunya indah bila dilihat, karena biasanya lukisan yang realistik  orang awam juga menyukainya. Namun mungkin bagi orang yang kurang menyukai lukisan yang realistik mungkin kurang menarik baginya, karena lukisan ralisme dibuat monoton, atau sesuai/ sama persis dengan foto, jadi tidak ada kesan goresan-goresan yang kuat atau ekpresi seorang senimannya tersebut tidak terlalu ditampilkan dalam lukisan seorang realis. 

KRITIK SENI RUPA : LUKISAN BUNGA MATAHARI

KRITIK SENI RUPA



JUDUL : BUNGA MATAHARI
PELUKIS : AFFANDI
TAHUN : 1997
MEDIA : CAT MINYAK PADA KANVAS
UKURAN : 90 X 140 Cm


Lukisan yang berjudul “Bunga Matahari” ini dibuat pada tahun 1997 oleh Affandi dengan media Cat minyak pada kanvas, yang berukuran 90 x 40 cm. Pada Lukisan karya Affandi yang berjudul bunga matahari ini relatif menggunakan warna yang agak gelap, yaitu kuning kecoklatan  dan jingga yang bercampur cokelat tua pada bunga matahari, kemudian warna cokelat tua pada tangkai,  dan hijau hijau tua pada daun. Selain itu, pada lukisan diatas juga terdapat warna kuning dan cokelat tua pada latar belakang lukisan itu.
Lukisan bunga matahari diatas yang dilukis oleh Affandi tentunya menggunakan goresan yang ekspresif, karena ciri khas dari Affandi sendiri adalah goresannya yang sangat ekspresif. Pada lukisan bunga lainnya yang dilukis oleh seniman lain mungkin akan dibuat sangat detail dan indah oleh pelukisnya, namun tidak pada lukisan yang dilukis oleh affandi diatas. Lukisan tersebut sangat ekspresif karena affandi dalam melukiskannya tidak menggunakan kuas, melainkan menggunakan tube cat minyak yang langsung dituangkan diatas kanvas. Bunga matahari dalam lukisan diatas terlihat indah dengan perpaduan warna kuning, jingga dan cokelat tua, dan dilukis sangat ekspresif menambah rasa dalam lukisan tersebut, atau bisa disebut tidak monoton seperti lukisan realistis pada umumnya.
Dalam lukisan diatas, affandi ingin melukisakan keindahan bunga matahari dengan mengguankan gayanya sendiri yaitu ekspresionis.
Dalam lukisan diatas, Affandi sebagai seniman, dalam melukiskan bunga matahari sangat eskpresionis, hal ini juga menambah keindahan dan keunikan dan juga terdapat rasa yang terdapat dalam lukisan tersebut yang hanya dimiliki karya affandi.